Ekonom Yakin BI Masih Bakal Menaikkan Suku Bunga Acuan hingga 4,25 Persen

Kkemarin, BI memutuskan mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke level 3,75 persen dari sebelumnya 3,5 persen.

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan melanjutkan tren kenaikan suku bunga acuannya hingga 4,25 persen.

Setelah rapat dewan Gubernur BI kemarin, bank sentral memutuskan mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke level 3,75 persen dari sebelumnya 3,5 persen.

“Ruang BI untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya pada tahun ini masih terbuka,” kata Andry dikutip dari Macro Brief Office of Chief Economist Bank Mandiri, Rabu, 24 Agustus 2022.

Andry menjelaskan, dari sisi eksternal, faktor yang membuat ruang kenaikan suku bunga acuan BI masih besar adalah tren tingkat inflasi global yang masih tinggi.

Kondisi tersebut akan menyebabkan bank sentral negara lain menerapkan kebijakan normalisasi moneter dengan mengerek suku bunga acuan secara agresif.

Tingginya tingkat suku bunga acuan negara-negara lain, khususnya negara maju, pun membuat aliran modal dari negara-negara berkembang keluar.

Termasuk dari Indonesia, jika bank sentral tidak ikut mengimbangi.

Situasi tersebut juga memicu kekhawatirkan pelaku pasar terhadap terjadinya resesi global.

Dari sisi domestik, Andry mengatakan faktor yang mempengaruhi tren kenaikan suku bunga acuan BI adalah tingginya tingkat inflasi di dalam negeri.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi pada Juli sebesar 4,94 persen secara tahunan di atas target inflasi BI 2-4 persen.

Tren kenaikan inflasi ini pun diperkirakan masih berlanjut meskipun inflasi inti tetap di bawah 3 persen secara tahunan pada Juli.

Ini karena pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) yang lebih tinggi dari perkiraan dan didorong oleh tingkat permintaan domestik yang terus meningkat pada semester II 2022 lantaran membaiknya mobilitas penduduk.

“Oleh karena itu, kami memperkirakan tingkat inflasi akan terus meningkat.

Kami melihat tekanan inflasi akan bertahan dan meningkat di semester Ii, terutama setelah pemerintah memberikan sinyal untuk menaikkan harga BBM pertalite dan solar pekan ini,” kata Andry.

Perkiraan tingginya angka inflasi ini ke depan juga dipicu oleh rencana kenaikan harga BBM bersubsi.

Dampak kenaikan BBM bersubdi, kata Andry, cukup besar ke inflasi karena tidak hanya berdampak pada inflasi administered price, tapi juga inflasi barang dan jasa lain selain BBM dan transportasi.

Dengan begitu, dia memprediksi tingkat inflasi pada 2022 bisa lebih tinggi dari perkiraan awal Bank Mandiri saat ini sebesar 4,60 persen.

Itulah yang membuat dia yakin BI masih akan menaikkan suku bungan acuannya sebanyak dua kali lagi pada tahun ini.

“Secara keseluruhan, kami melihat BI masih memiliki ruang untuk menaikkan BI-7DRRR hingga 50 bps, maksimal 4,25 persen di sisa tahun 2022 vs 3,50 persen pada 2021,” ujar Andry.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *